Rabu, 23 September 2015

Arti Penting Spatial Thinking dalam Berbagai Aspek Kehidupan

Spatial thinking merupakan suatu pendekatan ataupun cara berpikir dengan menggunakan kesadaran ruang/ keruangan. Hal ini sering tidak disadari sebagaimana kita sering tidak menyadari orientasi arah di suatu tempat di mana kita berada. Orientasi arah bagi tiap mungkin akan berbeda dalam setiap kebudayaan, dan juga lingkungan fisik seperti misalnya, orientasi kiri dan kanan, hulu dan hilir, "kelod" (gunung) dan "kaja" (laut). Hal tersebut merupakan orientasi arah secara "tradisional", sementara dalam budaya yang lebih kompleks terdapat orientasi arah yang terdiri dari 4 (utara, timur, selatan, dan barat), dan 8 arah mata angin (utara, timur laut, timur, timur tenggara, selatan, barat daya, barat, dan barat laut) bahkan secara matematis dapat disebutkan dalam satuan unit derajat. hal ini adalah sebagian kecil contoh mengenai "spatial thinking".
Sebegitu pentingkah berpikir secara spasial/ keruangan?! sampai-sampai para ahli geografi di Amerika Serikat sana memperjuangkan "pemikiran spasial" ini supaya disertakan dalam kurikulum standar nasional tahun 2012. Ini dia argumen mereka mengapa begitu ngotot memperjuangkan hal tersebut. Berikut ini. Posisi penting “Spatial Thinking” dalam kependidikan untuk pengajaran dan pembelajaran:
-          “Spatial thinking” merupakan sekumpulan keterampilan kognitif yang terdiri dari bentuk-bentuk deklaratif dan persepsi dari pengetahuan dan beberapa cara kerja kognisi yang dapat digunakan untuk merubah, mengkombinasikannya ataupun dapat digunakan dalam pengetahuan. Konsep “spatial thinking merupakan konstruksi dari tiga elemen: konsep mengenai ruang, peralatan untuk melakukan representasi, dan proses-proses untuk menjelaskan alasan-alasannya.
-          “Spatial thinking”  terintegrasi atau menyatu dalam kehidupan sehari-hari. Manusia, struktur objek-objek alami, dan objek-objek buatan manusia yang ada di suatu ruang, interaksi antara manusia dan segala benda di sekelilingnya harus dipahami dalam konsep lokasi, jarak, arah, bentuk, dan pola.
-          “Spatial thinking” luar biasa untuk memecahkan masalah dengan pengelolaan, perubahan, analisis data, khususnya untuk seperangkat data yang luas dan kompleks, serta dengan mengkomunikasikan hasil dari proses itu sendiri kepada pihak-pihak lain.
-          “Spatial thinking” merupakan keterampilan yang dapat dipelajari oleh siapa saja, dan hal ini akan sangat berarti baik dikuasai secara individu ataupun tim dalam berbagai tingkatan ketrampilan.
-          “Spatial thinking” merupakan bagian integral dari pekerjaan sehari-hari dari para ilmuwan dan insinyur yang, dan itu telah dilandasi banyak terobosan hasil keilmuan dan teknis (teknologi)
-          “Spatial thinking dapat mengembangkan secara unik dalam level individu, tergantung pada pengalaman, pendidikan, dan kecenderungan setiap individu tersebut.
-          Keahlian dalam “spatial thinking” mengacu pada kedua keterampilan, yaitu spasial umum yang melintasi banyak domain pengetahuan dan keterampilan spasial fokus pada domain pengetahuan tertentu.
-          Keahlian dalam “spatial thinking” dapat dikembangkan dalam konteks bidang tertentu dan dapat diubah, serta dipertajam dengan latihan, dan praktek secara ekstensif.
-          Sementara transfer keterampilan “spatial thinking” dari satu ranah pengetahuan ke ranah  tidak otomatis atau mudah, dan akan lebih tepat jika dirancang dalam kurikulum yang disisipkan pada seluruh mata pelajaran. Dan sekolah dapat memfasilitasi proses transfer keterampilan tersebut.
-          “Spatial thinking” merupakan hal yang penting dan mendasar dan memiliki peran yang berarti untuk di integrasikan dengan standar ilmu pengetahuan tentang negara, matematika, geografi dan  ilmu ilmu lainnya yang memiliki relevansi dengan aspek keruangan.
-          “ Spatial thinking” sistem pendukung memiliki pengaruh terhadap kekuasaan dari kapasitas manusia untuk berpikir dan memecahkan masalah.
-        "Spatial thinking  merupakan suatu proses yang kompleks, luar biasa dan menantang sebagai suatu penyedia sistem pendukung suatu lingkungan yang interaktif, di mana  “spatial thinking” dapat akan mengantikan tempat untuk membantu para siswa untuk menempatkan seperangkat data, menunjukkan hasil kerja, dan hasil akhir, serta menampilkan fungsi-fungsi analitis.
Mengingat peningkatan kebutuhan belajar dan terus mengembangkan keterampilan seumur hidup untuk menjawab perubahan dunia oleh teknologi, siswa perlu kesempatan untuk belajar berbagai sistem dukungan teknologi baik teknologi rendah hingga teknologi tinggi untuk berpikir secara spasial.
Bagaimana pendapat anda?! silahkan didiskusikan dan refleksikan sejauh mana yang kita pelajari hari ini, dan kepedulian keruangan yang kita miliki?!

Referensi: 
Learning to think spatially : GIS as a support system in the K-12 curriculum.
Includes bibliographical references and index.
ISBN 0-309-09208-6 (pbk.) — ISBN 0-309-53191-8 (PDF)
1. Space perception—Study and teaching. 2. Geographic information
systems. I. National Academies Press (U.S.)
BF723.S63L43 2006
370.15′2—dc22


2 komentar:

Unknown mengatakan...

Bisakah anda berikan contoh dari berfikir spasial itu sendiri gan? misalnya dalam konteks pendidikan (yakni peserta didik), apa indikator dari berfikir spasial?

Link demografi mengatakan...

Ujian? Silahkan baca sendiri. Hehehe mungkin satu semester saya jika menjelaskan, dan seperti biasa sambil belajar. Artikel di atas ringkasan atau resensi konsep awal. Dan anda bisa menemukan di kurikulum 2012 di amerika (buku itu masih usulan, dan konon kabarnya akhirnya diterapkan) keberhasilan ESRI melakukan intervensi terhadap kebijakan pendidikan dari dasar sampai pendidikan tinggi.

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Dcreators