Gempa bumi terjadi di Kalimantan Barat, fenomena ini tidak pernah diduga sebelumnya, bahkan banyak orang meyakini bahwa di Kalimantan Barat tidak akan pernah terjadi gempa. Hal ini juga didukung oleh Data riset ahli kompeten Indonesia dan luar negeri tidak pernah mencatatkan kerawanan gempa di Kalimantan Barat.
Gempa terjadi pada tepat pukul 08.26 lebih 48 detik WIB, Selasa (23/8), menurut Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Pusat, memastikan gempa mencapai kedalaman 37 Km 1.15 LU 109.19 BT. Pusat gempa di darat, 132 kilometer Barat Laut Pontianak.
Gempa berikutnya terjadi hari rabu(24/8) miliki Kekuatan gempa 4.6 Skala Richter dengan kedalaman 10 km. Pusat gempa berada di laut, sekitar 97 km barat laut Pontianak,
Berikut Penjelasan yang dilansir dari Tribun News.
KEPALA Bidang Gempa dan Tsunami BMKG Pusat, Suhardjono, yang dihubungi Tribun, Rabu siang, mengatakan, gempa Singkawang-Bengkayang terpantau di lima Seismograf yang ada di Singkawang, Tanjungpinang, Muara Teweh, Kuching, dan Singapura.
Menurutnya, Kalimantan memang pulau yang selama ini tercatat tidak ada gempa karena tidak ada pertemuan lempeng patahan bumi dan gunung berapi. Namun, bukan berarti tidak ada gempa sama sekali.
"Kalaupun ada gempa, kekuatannya tidak signifikan dan tidak merusak karena kurang dari 5 SR. Kalau di luar Kalimantan, seperti di Sumatera dan Jawa, gempa kekuatan di bawah 5 itu terjadi setiap hari dan tidak semua dipublikasikan," katanya.
Gempa Singkawang-Bengkayang merupakan gempa kedua di Kalimantan karena pada Juli 1997 lalu terjadi gempa 5 SR di Muara Teweh Kalteng pada malam hari.
Waktu itu, fenomenanya sama dengan Kalbar, karena baru pertama kali terjadi, warga laget walaupun tidak ada korban jiwa atau kerusakan yang berarti.
Suhardjono meminta agar warga tidak panik karena gempa ini merupakan patahan lokal dan tidak bersifat merusak.
Apakah ada sambungan dengan gempa sebelumnya atau ada patahan lain yang berpotensi gempa seperti ini? Itu merupakan analisa dari ahli geologi.
Prof (Ris) Dr Ir Hery Harjono dari Pusat Penelitian Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIP), dalam keterangannya kepada Tribun, Rabu, menjelaskan, gempa yang terjadi di Kalbar disebut gempa intraplate, yang terjadi di bagian dalam lempeng, dalam hal ini lempeng Asia Tenggara.
"Gempa ini mekanismenya beda dengan gempa interplate yang dihasilkan dari tabrakan antarlempeng yang banyak terjadi di barat Sumatra dan selatan Jawa," jelasnya.
Menurut dia, mekanisme gempa intraplate pada dasarnya belum banyak diketahui. Sebagian hasil riset, misalnya Amerika, menunjukkan tiga kemungkinan yang menjadi faktor penyebab gempa intraplate.
Pertama, adanya akumukasi stress (tekanan) lokal, akibat heterogenitas kerak benua (dalam kasus ini di lempengan Asia Tenggara yang dikenal juga sebagai Paparan Sunda).
Kedua, adanya zona lemah yang disebabkan proses-proses tektonik masa lalu (bisa jadi dalan kasus ini, zona lemah ini akibat patahan-patahan yang terjadi ketika lempeng Asia Tenggara menyeruak ke wilayah kita akibat tabrakan India dan Eurasia jutaan tahun yang lalu.
Ketiga, adanya high heat flow, yang menurut hemat Hery Harjono, memunculkan akumulasi stress ke sekitarnya. Bagaimana dengan gempa yang terjadi di Kalbar? "Saya menduga ada segmen-segmen kecil patahan sisa-sisa proses tektonik masa lalu yang membentuk zona lemah," katanya.
Gempa 4.4 SR adalah bukti bahwa patahan yang bergerak relatif kecil. "Dari bukti-bukti selama ini, tidak perlu khawatir dengan gempa intraplate," katanya.
Sumber:
http://pontianak.tribunnews.com/m/index.php/2011/08/24/urgensi-riset-gempa-kalbar
http://www.tribunnews.com/2011/08/25/warga-pontang-panting-gempa-susulan-singkawang-lebih-besar
0 komentar:
Posting Komentar